OTORITA, MENGAJAR DAN BUKU
JAKARTA, 2 OKTOBER 2023
OTORITA
melakukan koordinasi dengan satpam dan satpol pp untuk menertibkan pedagang kaki lima depan kampus
MENGAJAR
mengajar filsafat ilmu pada program doktor psikologi
KOORDINASI
rapat koordinasi dengan panitia wisuda LPT YAI
BUKU
Melanjutkan penulisan buku psikologi pendidikan
contoh
v
Menentukan secara spesifik perilaku yang dikehendaki dan ditetapkan pada
awal proses pembelajaran. Penganut behaviorisme
berargumentasi bahwa perilaku yang dapat diamati sajalah yang dapat
dijadikan acuan dasar untuk menentukan apakah peserta didik menguasai materi
pembelajaran tertentu. Bagaimana peserta didik belajar dan memperagakan apa
yang telah dikuasainya. Secara lebih spesifik adalah apa yang dilakukan peserta didik secara
kongkrit, dapat diamati dan diukur dari pada apa yang diceriterakannya.
Perilaku yang dapat diamati dan diukur itulah yang menjadi acuan dasar untuk
mengetahui penguasaan materi tertentu bagi peserta didik. Dalam rangka itulah
mesti ditetapkan terget capaian secara kongrit, seperti pencantuman tujuan
pembelajaran dalam setiap pertemuan dan dari dasar itulah perilaku peserta
didik diukur. Pencapaian target-target tersebut mengarahkan guru dalam
melaksakan proses pembelajaran secara
terukur. Pemberian penguatan mesti dirancang sedemikian rupa sesuai dengan
tahapan dan materi pembelajaran serta
proses pembelajaran. Sebetulnya dalam konteks pendidikan dikenal dengan tujuan
instruksional, kompetensi, standar capaian, benchmark itu adalah konsep dari pendekatan
behaviorisme.
v
Yakinkan bahwa seluruh peserta didik memperoleh penguatan secara reguler
sesuai dengan perilaku yang diinginkan yang tentunya sesuai dengan tujuan
pendidikan. Setiap peserta didik dalam menjalani proses perkembangan dan proses
pembelajaran pastilah mengalami masalah, apakah itu berkaitan dengan masalah
pribadi, sosial, akademik dan lain sebagainya. Ada peserta didik yang mampu memecahkan masalahnya sendiri dan
juga ada yang tidak mampu memecahkan masalahnya. Ada juga peserta didik yang
cenderung tidak menuruti peraturan sekolah dan disiplin sekolah, melawan guru
sehubungan dengan pelaksanaan proses pembelajaran yang harus diikuti oleh
setiap peserta didik. Dengan lain perkataan ada semacam penyimpangan perilaku
dari standar perilaku yang diterapkan dalam pelaksanaan proses pendidikan. Dalam bidang akademik ada peserta didik yang
mencapai prestasi belajar optimal, sedang, kurang dan sangat kurang.
Implikasinya adalah bagaimana upaya guru agar tercapai standar belajar yang ditetapkan sekolah oleh peserta didik dan terutama dalam mengoptimalkan potensi peserta
didik. Dalam rangka itulah diperlukan
jamahan penguatan oleh guru terhadap peserta didik sesuai dengan keunikan,
masalah, dinamikan perkembangannya dalam mengikuti proses pembelajaran agar
peserta didik dapat mengoptimalkan potensi dirinya. Masing – masing peserta
didik membutuhkan penguatan dan pasti berbeda antara peserta didik yang satu
dengan yang lainnya.
v
Gunakan penguatan ektrinsik jika memang dibutuhkan. Penguatan ektrinsik
sebetulnya kurang bermanfaat bagi
peserta didik dan terutama dalam pelaksanaan pembelajaran. Penguatan ektrinsik
hanya dilakukan secara terpaksa dan dalam pelaksanaan pembelajaran relatif
tidak mengandung nilai edukatif. Semestinya dalam pelaksanaan proses
pembelajaran lebih diarahkan bagaimana upaya guru merangsang kemauan dan
kreativitas peserta didik untuk belajar dengan menciptakan kondisi lingkungan
belajar yang konndusif. Penguatan yang terbaik adalah penguatan intrinsik dan
memilki dampak sangat efektif bagi pelaksanaan proses pembelajaran. Contoh
pengutan intrinsik peserta didik merasa
senang setelah membaca buku pelajaran, ada perasaan puas dan bangga untuk
membaca buku yang ditugaskan guru, merasa bangga dan puas setalah menyelesaikan
tugas pelajaran yang berat dan menantang dan juga merasa puas jika dapat
membantu teman dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru. Ada
perasaan keingintahuan dari dalam diri
peserta didik sehingga terdorong untuk melakukan aktivitas-aktivitas yang mampu
meningkatkan kemampuan dan pengetahuan peserta didik. Peserta didik berupaya melaksakan yang
terbaik dan terkadang melebihi standar yang telah ditetapkan. Terdapat dorongan
untuk mengoptimalkan potensi diri didasarkan atas kemauan sendiri. Guru disini
berfungsi sebagai pelaku apa yang disebut oleh Ki Hajar Dewantoro sebagai guru
yang sesungguhnya. Guru berada ditengah – tengah, di depan dan di belakang
sesuai dengan fungsi dan keberadaan peserta didik.
Kesuksesan yang dicapai peserta didik bukanlah sesuatu yang mudah dan tanpa
usaha dan tidak sedikit peserta didik
mengalami masalah dan kegagalan untuk mencapai prestasi belajar yang
diharapkan. Banyak peserta didik yang gagal dan merasa cemas jika mempelajari
matematika. Menghadapi ujian dengan penuh stress, mengerjakan tugas dengan
tidak bersungguh – sungguh, tidak berdisiplin dalam belajar dan lain sebagainya
yang sangat menghalangi proses
perkembangan potensi peserta didik. Dalam menghadapi masalah yang demikian maka
guru sangat perlu melakukan penguatan yang sifatnya ektrinsik sekalipun
sebetulnya tidak efektif. Tujuannya
adalah agar peserta didik memperoleh kesadaran bahwa proses belajar adalah
tugas perkembangan yang harus dijalani dalam upaya meningkatkan kualitas potensi yang telah
menjadi bagian dalam kehidupannya.
Sepatutnya diperhatikan apakah pemberian penguatan secara khusus benar-benar memberi makna berarti terhadap terjadinya peningkatan motivasi belajar peserta didik. Proses pembelajaran yang diikuti peserta didik menjadi sangat bermakna jika peserta didik memiliki motivasi belajar. Motivasi intrinsik secara empiris memiliki makna yang sangat berarti dalam upaya mencapai prestasi belajar yang tentunya sesuai dengan
penulis adalah dosen pada fakultas psikologi UNIVERSITAS PERSADA INDONESIA YAI
Comments
Post a Comment