BUKU. OTORITA. MENGUJI

 JAKARTA, 11 AGUSTUS 2023

OTORITA

melakukan koordinasi dengan teknisi, satpam dan petugas kebersihan dalam rangka menjaga lingkungan kampus yang kondusif

MENGUJI

melaksanakan sidang ujian tesis bagi mahasiswa program magister profesi dan skripsi bagi mahasiswa program sarjana

BUKU PEDOMAN

menyusun buku pedoman program sarjana fakultas psikologi

BUKU PENGEMBANGAN KARAKTER

melanjutkan penulisan buku pengembangan karakter melalui media meditasi

contoh

·         Perhatikanlah hutan pengunungan, alangkah indahnya dan ternyata terdiri dari berbagai tumbuhan, onak duri yang beragam, begitulah sebetulnya kehidupan umat manusia yang beragam dan berbeda latarbelakang. Tidak mungkin pemandangan pegunungan menjadi indah jika hanya terdiri dari satu jenis pohon saja. Pasti terakit dari berbagai macam ragam tumbuhan. Secara kasat mata kita menyaksikan sebuah keindahan dalam hutan pengununan, pasti ada ngarai terjal, semak duri dan sebagainya. Kita tidak boleh berhenti hanya menyaksikan keindahan, nanum di dalam keindahan tersebut ternyata mengandung nilai dan makna kehidupan yang sangat mengagumkan dan bergerak secara dinamis, mengalir kehidupan tanpa ada aturan tertulis, irama kehidupan berjalan sesuai waktu, kondisi. dinamikanya silih berganti tanpa sentuhan tangan faktual dan nyata secara kasat mata. Pohon yang menjulang tinggi nan kokoh ternyata menjadi pelindung tumbuhan dibawahnya dan seirama dengan itu banyak tumbuhan yang berkeriap dibawahnya ternyata menghidupkan pohon yang tinggi nan tegar, semua pohon-pohon dengan berbagai jenisnya yang tiada terhitung ternyata melindungi  tanah agar tidak tergerus oleh air dan air tertahan oleh tumbuhan dan pohon ternyata memberi kehidupan secara timbal balik. Sebuah hakekat kehidupan yang luhur berlangsung di dalamnya. Seluruh pohon dan tumbuhan yang berkeriap ternyata banyak makhluk hidup yang dihidupinya, apakah yang namanya kera, burung, ular, gajah, sapi, cacing, pokoknya semua makhluk hidup dapat melangsungkan kehidupannya secara mengagungkan dan berlangsung secara harmonis. Tidak terdapat tangisan, penyiksaan, kesengsaraan terdengar di dalamnya dan semuanya berlangsung dengan penuh kedamaian. Apakah itu hukum alam yang tidak dapat berbicara, namun dia tidak memperdengarkan suaranya, tetapi  bersaksi nyata tentang kedamaian. Setelah disimak ternyata alam semesta ini mengajarkan kedamaian, keharmonisan, kehidupan yang saling memberi tanpa pamrih. Terdengar kicauan burung nan merdu dipepohonan dan pepohonan sangat menikmatinya, terdengar auman singa, terdengar desingan ular yang bergerak dengan lincah, terdengar siyulan kera yang sangat mengagumkan dan sebagainya dan itulah orchestra nan indah disebuah hutan, lembah pegunungan nan indah. Kita umat manusia belajarlah dari alam sehingga kita menjadi manusia bijaksana. Perbedaan  dengan berbagai keragamannya di dalam kehidupan umat manusia akan menjadi paduan orchestra yang sangat indah,ketika umat manusia secara sungguh-sungguh menjalin dan membangun, merakit beragam perbedaan menjadi bangunan mosaik yang sangat mengagumkan  yang dirancang, dibangun dan dilandasi  oleh  CINTA. Terbangun kehidupan umat manusia bagaikan hamparan samrud nan indah dialam  katulistiwa ciptaaan SANG PENCIPTA NAN AGUNG.

·         Kita patut bersyukur kepada TUHAN YANG MAHA PENYAYANG bahwa kita diciptakan sebagai manusia dan bukan sebagai makhluk lainnya. Sebagai manusia sesungguhnya demikan adanya, terberi dan harus diterima. Kita tidak pernah bermohon jadikan aku manusia, tidak perlu dan itu sifatnya terberi (given). Diantara kita jangan  pernah memprotes bahwa aku ini berkulit hitam, berkulit putih, bertubuh pendek, bertumbuh gempal, etnik Sunda, Tapanuli, Betawi, Bali, Jawa, Madura, Minangkabau, Sunda, Maluku, Tionghoa, Bugis, Baduy Dalam, Melayu,  dan sebagainya. Kita ternyata diciptakan berbeda dan itulah mosaik yang sangat mengagumkan dan jika dipadu menjadi irama yang sangat harmonis bagaikan permainan orchestra yang luar biasa. Kita sebagai manusia tidak ada manusia yang sama, persis sama dari aspek jasmaniah dan apa lagi dari aspek rohaniah. Tubuh dari jiwa kita sungguh berbeda, sehingga jangan kita berpikir untuk menjadi sama dengan orang lain. Patut dipahami ajaran eksistensialis, “JADILAH DIRIMU SENDIRI.  Artinya kita patut menjadi diri kita dan bukan menjadi seperti orang lain.

·         Paparan  kecerdasan spiritual yang diilustrasikan sebagai hamparan hutan memberikan wawasan yang sangat esensial bagi pengembangan potensi diri dan juga nilai – nilai kemanusiaan. Menjadi manusia sesungguhnya adalah menjadikan diri kita sebagai manusia yang memahami fitrah kita sebagai manusia, bermartabat, berbudaya dan menjungjung tinggi nilai – nilai kemanusiaan. Sebagai manusia semestinya tidak terjebak pada nilai-nilai materialism yang ternyata cenderung hedonis, senantiasa berpusat pada apa yang mesti dinikmati sekarang dan sifatnya jasmaniah semata. Materi sangat kita butuhkan namun perlu sekali lagi kita pahami bahwa materi itu sebagai sarana dalam upaya memanusiakan diri kita sebagai manusia, sesama sebagai manusia serta dengan makhluk lainnya di jagad raya ini. Optimalisasi potensi  yang ditampilkan dalam kinerja kita, apakah kita sebagai mahasiswa, pendidik,  pimpinan perusahaan, karyawan, politikus, pengacara, birokrat, rohaniawan, pekerja sosial dan pekerjaan dan profesi lainnya akan dapat teraktualisasi jika kita mampu mendasarkan dan mengaplikasikan sekurang-kurangnya paparan jenis- jenis  kecerdasan. Pekerjaan dan profesi apapun yang kita lakoni akan menjadi bermakna jika kita jujur dengan setulus hati melaksanakan dan berpusat demi kepentingan kebahagiaan orang banyak , kesejahtraan orang banyak. Dalam kenyataannya  pribadi  yang dihormati, dihargai dan namanya  menyebarkan keharuman adalah pribadi yang mengabdikan diri demi mengangkat nilai – nilai kemanusiaan. Sebetulnya kalau secara jujur dapat saya katakan bahwa yang dicari dan diperjuangkan manusia adalah menjadi manusia yang berbahagia. Sekalipun konsep berbahagia itu sifatnya subjektif dan tergantung pada persepsi masing- masing pribadi. Kembangkanlah karakter kita sebagai manusia yang sesungguhnya dan itu dapat dijalani jka kita mampu mengembangkan  kecerdasan  spiritual dengan penuh tanggung tangung jawab dan penuh kedisiplinan. Patut dipahami bahwa kita sebetulnya dalam menjalani hidup ini menghendaki kehidupan  yang   harmonis, saling membutuhkan, saling menghargai dan kemudian kita berjuang mewujudkan potensi kita agar menjadi bermakna  bagi sesama.

·         Kehidupan hutan belantara yang diilustrasikan dengan  Kecerdasan spiritual adalah sebuah  mosaik yang sifatnya unik yang  mestinya menjadi acuan dalam berpikir dan berperilaku. Apa sesungguhnya kecerdasan spiritual, spiritual dapat dimaknai sebagai nafas. Nafas manusia dalam artian psikologis  yang menunjuk pada nilai kehidupan sebagai manusia dan bukan sebagai makhluk yang bukan manusia. Hembusan dan tarikan nafas kehidupan sebagai manusia. Manusia kalau menghirup udara beracun dan juga jika mengeluarkan udara beracun pastilah akan memberi racun kepada sesama dan juga menjadi virus penyakit bagi diri sendiri. Tidak ada manusia yang  menghendaki hal demikian dan semua manusia menghendaki mengeluarkan keharuman, nafas kehidupan yang menghidupkan sesama manusia. Alangkah bahagianya jika setiap manusia mengeluarkan nafas keharuman, nafas yang menghidupkan sesama manusia. Secara sederhana saya katakana begini, “makilah dan fitnahlah teman dan sahabatmu setiap hari dengan cacian yang menyakitkan, dan saya menduga pastilah akan membuat masalah dan temanmu akan sakit hati “. Itulah racun yang kita  hembuskan kepada sahabat kita.  Nafas munusia yang sesungguhnya telah dipaparkan oleh Buzan : cinta, kedamaian, kasih sayang, toleransi, keharmonisan, ketulusan, kejujuran, kemurnian, pemaaf, pemberi, berkorban dan sebagainya dan semua arahnya bukan pada diri kepentingan diri sendiri tetapi demi kepentingan kehidupan bersama, kebermaknaan hidup bersama di dalam jagad raya ini. “Esensinya adalah kasihilah sesamamu manusia seperti kamu mengasihi dirimu sendiri”

Esensi yang dapat dipetik dan dan salah satu aspek  yang paling esensial dari makna kecerdasan spiritual adalah  “CINTA”. Apakah  sesungguhnya  makna  cinta. Banyak pengertian  yang dapat dibaca tentang arti cinta. Sternberg mengulas makna cinta secara panjang  lebar yang dimulai dari cinta yang paling dasar sampai cinta yang kekal yang disebut dengan Agape. Cinta yang dimaksudkan dalam tuliasan ini adalah “merefleksikan nilai keharmonisan dengan sesama manusia dan dengan semua makhluk di alam semesta ini yang memunculkan perasaan bahagia, perasaan mesra, saling menyayangi  yang didasarkan pada pengorbanan”. Cinta yang sejati adalah pengorbanan.  Pengorbanan diri dalam arti filsafati mengobjektifikasi diri, dimana diriku ini sesungguhnya memang sebagai subjek namun demi kehidupan yang harmonis aku harus mampu menempatkan diriku sesungguhnya sebagai objek.  Dalam perspektif ( I and THOU) ungkap Buber.  Kalau hidup kita diwarnai oleh cinta, rumah kita dipagari cinta, jalan di balur dengan cinta, pertemanan dihiasi dengan cinta, perusahaan kita dilumuri dengan cinta, mobil kita dibungkus dengan cinta, sekolah kita disirami dengan cinta, tanaman kita disiangi dengan cinta, motor yang kita kendarai dengan hiruk pikuknya kota metropolitan didandani dengan cinta, keluarga kita dibalut dengan cinta, negeri kita dibungkus dengan cinta, perjuangan hidup kita didandani dengan cinta, kota kita diselimuti dengan cinta, kampung kita dibungkus dengan cinta, rumah ibadah kita memancarkan cinta, pokoknya semua dengan cinta maka pastilah bersemi  manusia- manusia yang penuh dengan cinta dan pastilah negara kita berbuahkan cinta. Demikianlah kuatnya cinta sehingga kita pasti menjadi pribadi yang berbalutkan cinta dan memberi yang terbaik buat negeri kita ini.


penulis adalah dosen pada fakultas psikologi UNIVERSITAS PERSADA INDONESIA YAI

Comments

Popular posts from this blog

OTORITA DAN MENGAJAR

BIMBINGAN DAN BUKU

OTORITA, BIMBINGAN DANN BUKU