ESENSI KAJIAN PENGEMBANGAN POTENSI DALAM PERSPEKTIF PSIKOLOGI HUMANISTIK
JAKARTA, 2 JUNI 2022
ESENSI PENGEMBANGAN POTENSI DALAM PERSPEKTIF PSIKOLOGI HUMANISTIK
Kembangkanlah karakter kita sebagai manusia yang sesungguhnya dan itu
dapat dijalani jka kita mampu mengembangkan kecerdasan emosional, kecerdasan
perilaku, kecerdasan spiritual, suara hati/ hati nurani dengan penuh tanggung
kedisiplinan.
Kecerdasan emosional yang telah dirumuskan oleh Goleman yang menyangkut
self- awareness, self-motivation, social art, empathy, managing emotions
memberi pamahaman secara utuh tentang esensi kita sebagai manusia baik
menyangkut pemahaman diri kita secara internal maupun eksternal. Bagaimana
kita menyadari esensi diri kita termasuk di dalam kelemahan, kekuatan dan apa
saja yang patut dilakukan dalam upaya mengembangkan kualitas hidup menjadi
pribadi yang lebih bermakna. Bagiamana kita mampu menjalin hubungan yang
harmonis dengan sesama dan tanpa adanya sesame kita tidak mungkin dapat
mewujudkan eksistensi diri kita. Setiap pribadi menjadi terakui jika ada
pengakuan orang lain dan harus hidup ditengah-tengah masyarakat manusia.
Setiap manusia dapat hidup karena kehadiran manusia lainnya. Aktualisasi diri
kita juga akan terwujud jika kita berada dan bereksistensi ditengah-tengah
manusia lain di dalam masyarakat. Apapun yang kita lakukan adalah karena ada
interaksi dan saling sahut menyahut dengan sesama dalam pengertian kita
saling membutuhkan sesama. Dalam upaya itulah jelas Goleman memberi petuah
yang sangat manusiawi agar kita mampu hidup ditengah masyarakat dengan
harmonis, saling membutuhkan, saling menghargai dan kemudian kita berjuang
mewujudkan potensi kita agar menjadi bermakna bagi sesama.
Kecerdasan spiritual yang dirumuskan oleh Tony Buzan memiliki keunikan dalam
menjabarkan nilai – nilai kemanusiaan yang mestinya menjadi acuan dalam
berpikir dan berperilaku. Apa sesungguhnya kecerdasan spiritual, spiritual dapat
dimaknai sebagai napas. Napas manusia dalam artian psikologis yang menunjuk
pada nilai kehidupan sebagai manusia dan bukan sebagai makhluk yang bukan
manusia. Hembusan dan tarikan napas kehidupan sebagai manusia. Manusia
kalau menghirup udara beracun dan juga jika mengeluarkan udara beracun
pastilah akan memberi racun kepada sesama dan juga menjadi virus penyakit
bagi diri sendiri. Tidak ada manusia yang menghendaki hal demikian dan semua
manusia menghendaki mengeluarkan keharuman, napas kehidupan yang
menghidupkan sesama manusia. Alangkah bahagianya jika setiap manusia
mengeluarkan napas keharuman, napas yang menghidupkan sesama manusia.
Secara sederhana saya katakana begini, “ makilah dan fitnahlah teman dan
sahabatmu setiap hari dengan cacian yang menyakitkan, dan saya menduga
pastilah akan membuat masalah dan temanmu akan sakit hati “. Itulah racun yang
kita hembuskan kepada sahabat kita. Napas munusia yang sesungguhnya telah
dipaparkan oleh Buzan : cinta, kedamaian, kasih sayang, toleransi,
keharmonisan, ketulusan, kejujuran, kemurnian, pemaaf, pemberi, berkorban dan
sebagainya dan semua arahnya bukan pada diri kepentingan diri sendiri tetapi
demi kepentingan kehidupan bersama, kebermaknaan hidup bersama di dalam
jagad raya ini.
Esensi yang dapat dipetik dan yang paling esensial adalah makna “cinta”.
Apakah arti cinta, banyak pengertian yang dapat dibaca tentang arti cinta.
Sternberg mengulas makna cinta secara panjang lebar yang dimulai dari cinta
yang paling dasar sampai cinta yang kekal yang disebut dengan Agape. Cinta
yang dimaksudkan dalam tuliasan ini adalah “merefleksikan nilai keharmonisan
secara timbal balik dengan semua makhluk di alam semesta ini yang
memunculkan perasaan bahagia, perasaan mesra, kebermaknaan yang
didasarkan pada pengorbanan”. Setiap makhluk harus mampu mengorbankan
diri dalam arti filsafati mengobjektivikasikan diri, yang diriku ini sesungguhnya
memang sebagai subjek namun demi kehidupan yang harmonis harus mampu
menempatkan diriku sesungguhnya sebagai objek. Kalau hidup kita diwarnai
oleh cinta, rumah kita dipagari cinta, jalan di balur dengan cinta, pertemanan
dihiasi dengan cinta, mobil kita dibungkus dengan cinta, sekolah kita
disirami dengan cinta, tanaman kita disiangi dengan cinta,motor yang kita
kendarai dengan hiruk pikuknya kota metropolitan didandani dengan cinta,
keluarga kita dibalut dengan cinta, negeri kita dibungkus dengan cinta,
perusahaan kita didandani dengan cinta, kota kita diselimuti dengan cinta,
semua dengan cinta maka pastilah bersemi manusia- manusia yang penuh
dengan cinta dan pastilah negara kita berbuahkan cinta. Demikianlah kuatnya
cinta sehingga kita pasti menjadi pribadi yang berbalutkan cinta dan memberi yang
terbaik buat negeri kita ini.
Sangat mudah mengatakannya dan mengkotbahkannnya tetapi sangat sulit
tentunya melakukannya dan itu harus diupayakan dengan bersungguh – sungguh.
Hanya manusialah yang memiliki potensi cinta dan dengan demikian kita harus
mampu mengembangkannya. Pembangunan karakter haruslah didasarkan pada
apaya menumbuhkan cinta di dalam diri kita. Tanpa itu amat mustahillah kita dapat
mengembangkan karakter kita dengan baik. Cinta ternyata mampu melampaui
batas – batas usia, latarbelakang budaya, agama, pendidikan, status sosial,
demarkasi hukum, politik, pekerjaan, profesi dan apapun latarbelakang kehidupan
setiap orang. Dengan demikian mulailah belajar mengembangkan cinta di dalam
diri kita dan jangan melihat orang lain apakah sudah mengembangkan cinta.
Mulailah dari diri sendiri pastilah secara bertahap kita mampu mengembangkan
benih cinta di dalam diri kita.
Kecerdasan berperilaku yang dikembangkan oleh Costa juga merupakan dasar
semaian benih yang berupaya mengembangkan kemampuan manusia untuk
dapat menjadi pribadi yang berkualitas dalam berperilaku. Kajiannya juga
menunjuk pada aspek internal dan eksternal yang memberi arah dalam upaya
mengaktualisasikan potensi dan kualitas diri manusia. Bagaimana upaya
mengelola diri kita secara internal dan kemudian bagaimana kita mampu
beradaptasi dengan sesama manusia sehingga menjadi pribadi yang bermakna.
Menggunakan kemampuan berpikir dan bernalar secara bijaksana agar mampu
menjalani kehidupan dengan penuh tanggung jawab, berpikir dan berperilaku
kreatif menjadi acuan agar menjadi manusia mampu menghasilkan karya yang
bermakna bagi kelangsungan hidup pribadi dan membangun kehidupan sesama.
Setelah anda membaca ulasan yang telah dipaparkan di atas, jawablah semua
pertanyaan dibawah ini
1. Mengapa manusia sulit mengembangkan kecerdasan emosional
2. Mengapa manusia senantiasa mementingkan diri sendiri
3. Mengapa nilai-nilai kemanusiaan semakin sulit diterapkan
4. Mengapa menusia perlu mengembangkan nilai cinta dan apa maknanya jika
manusia mengembangkan cinta
5. Mengapa cinta harus diperjuangkan
Penulis adalah dosen pada Fakultas psikologi UNIVERSITAS PERSADA INDONESIA YAI
Comments
Post a Comment