MENGAJAR DAN BUKU
JAKARTA, 25 NOPEMBER 2023
MENGAJAR
mengajar mata kuliah filsafat ilmu pada program doktor ilmu manajemen pada FIB UPI YAI
BUKU
melanjutkan penulisan buku psikologi pendidikan
contoh
Pandangan Sosial Kognitif terhadap Penguatan (reinforcement) dan Hukuman
(punisment)
Pendekatan behavirisme lebih cenderung menekankan
pentingnya penguatan dan hukuman yang
memberi dampak terhadap perubahan perilaku dan kegiatan belajar peserta
didik. Dalam pendekatan sosial
kognitif peran penguatan dan hukuman
kurang mendapat penekanan, tetapi lebih ditekankan makna secara tidak langsung
terhadap kegiatan belajar dan perilaku peserta didik dalam mengikuti proses
pembelajaran. Faktor – faktor kognitif yang secara tidak langsung memberi dampak terhadap proses pembelajaran dikemukakan oleh Ormrod (2011)
sebagai berikut :
§ Penguatan dan hukuman yang merupakan konsekuensi dari
perilaku yang ditunjukkan peserta didik akan berdampak terhadap perilaku
berikutnya, jika peserta didik menyadari bahwa hal itu memberi manfaat bagi
dirinya. Dari perspektif sosial kognitif
, penguatan akan memberi dampak terhadap perilaku yang diinginkan, jika peserta
didik berpikir dan memahami bahwa
perilakunya sedang diberi penguatan. Seperti halnya dengan hukuman akan mengurangi
bentuk perilaku yang tidak dinginkan, jika peserta didik menyadari bahwa hukuman itu memiliki dampak
langsung terhadap apa yang telah diperbuat oleh peserta didik. Sebagai guru
mesti memahami dengan benar mengapa
hukuman atau penguatan diberikan pada peserta didik dan juga peserta didik
memamahi apa makna pemberian penguatan dan hukuman yang diterimanya dan mesti
faktanya jelas dan berdampak pada proses pembelajaran di dalam kelas. Sebagai
contoh katakan saja si Maharta memperoleh nilai 100 dalam mata pelajaran
matematika dan diperolehnya dengan mudah, namun dia tidak mengatahui
alasan mengapa dia memperolah nilai
tersebut. Si Maharta pastilah menginginkan penjelasan mengapa dia memperoleh nilai tersebut, dan
pada waktu tes berikutnya pastilah dia menghendaki nilai yang sama juga. Untuk
meningkatkan aktifitas belajar si Maharta, maka guru selayaknya memberi
penjelasan pada si Maharta, mengapa dia
memperoleh nilai 100. Guru dapat saja memberi penjelasan bahwa soal-soal matematika yang diberikannya
ternyata mampu melatih kemampuan berpikir logis si Maharta. Begitu juga halnya
dengan peserta didik lainnya yang memperoleh juara dalam pertandingan bola
basket, maka guru perlu menjelaskan
secara logis bahwa teknik bermain dan semangat tim bola basket sangat
kompak. Jika tidak diberi penjelasan yang logis maka peserta didik cenderung
bingung dan terkadang tidak menyadari bahwa perolehan juara tersebut hanya
merupakan kebetulan saja. Dan ini justru akan menurunkan semangat tim untuk
melakukan latihan dengan baik dan benar.
Comments
Post a Comment