OTORITA, BUKU

 JAKARTA, 29 AGUSTUS 2023

OTORITA

melakukan koordinasi dengan satpam dan tenisi dalam rangka menjaga kondisi kampus yang kondusif

dan juga dengan satpol pp untuk menjaga lingkungan jalan raya depan kampus agar tertib dari pedagang kaki lima

BUKU

1. MENULIS BUKU PEDOMAN

   menulis buku pedoman akademik program s1

2. MENULIS BUKU

   melanjutkan penulisan buku psikologi pendidikan

   contoh

A.      Pandangan Behaviorisme Tentang Belajar

Pada akhir tahun 1880an, ketika pertama kali para psikolog mulai  mempelajari proses belajar dan perilaku manusia, diantara mereka terbetik pertanyaan yang cukup mendasar yaitu ada apa di dalam kepala mereka dan  berupaya menggambarkan bagaimana proses kerja mentalnya (Ormrod, 2011 : 286 yang dikutip dari Ebbinghaus, 1885/1913 ; Golton, 1880; James, 1890). Namun pada awal tahun 1900an beberapa psikolog mulai melaksanakan pendekatan yang dijadikan dasar dalam upaya mempelajari perilaku manusia secara lebih ilmiah. Waktu itu psikolog membuat  dugaan bahwa jiwa manusia dijelaskan sebagai “black box” yang kemungkinan sulit dibuka untuk dipelajari. Dilain pihak beberapa psikolog mulai melakukan pendekatan yang lebih ilmiah dengan mengamati dua substansi yang dapat diamati  dan hasil pengukurannya lebih objektif.  Kedua substansi tersebut adalah (1) peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam lingkungan yang disebutkan dalam bahasa Inggrisnya environmental events atau diistilahan menjadi Stimulus yang disingkat menjadi (S) dan perilaku manusia yang dalam bahasa Inggrisnya  people’s behavior atau diistilahkan menjadi responses yang disingkat menjadi  (R). Pendekatan inilah yang mendasari bertumbuhnya pandangan behaviorisme. Pada pertengahan abad 20an pendekatan behaviorisme  mendominasi sejarah perkembangan psikologi khususnya di Amerika Utara.

Belajar menurut pendekatan behaviorisme “ is a relatively enduring change in observable behavior that occurs as a result of experience” (B.Skinner, 1953; Gredler, 2001; Eggen &Kauchak, 2004). Makna yang dapat dipahami dalam pengertian belajar tersebut adalah terjadinya perubahan perilaku yang dapat diamati dan sifatnya relatif menetap sebagai akibat dari pengalaman yang diperoleh, dilalui, dialami oleh individu. Perlu dipahami bahwa esensi dari pengertian belajar tersebut menitik beratkan pada perilaku yang dapat diamati dan bukan ide, pemahaman, tujuan, atau kebutuhan dan aspek-aspek psikologis lainnya yang terdapat dalam kepala peserta didik (Eggen & Kauchak, 2004). Secara skematis Eggen & Kauchak (2004) melukiskan pembagian pendekatan behaviorisme sebagai berikut:

 

LEARNING an enduring change in observable behavior that occurs as a result of experience

CONTIGUITY : Simple stimulus – response learning

CLASSICAL CONDITIONING

Emotional  and physical responses to stimuli

 

 

OPERANT CONDITIONING

Behavioral changes that result from consequences

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Berdasarkan pengertian yang belajar yang dikemukakan dalam pendekatan behaviorisme  terkandung beberapa asumsi dasar yang menjadi landasan dalam mendasari agumentasinya yang dikemukakan oleh Ormrod (2011) sebagai berikut :

1.      Secara empiris perilaku manusia ditentukan oleh interaksinya dengan lingkungan secara terus menerus. Lingkungan merupakan stimulus yang senantiasa memberi warna terhadap perwujudan perilaku manusia. Secara historis banyak penganut behaviorisme berargumentasi dan tanpa kecuali mengemukakan bahwa setiap individu yang terlahir ke dalam dunia diandaikan seperti “ blank slate” batu tulis yang kosong dan belum tertuliskan apa-apa. Blank slate berasal dari bahasa latin “tabula rasa”. Dalam proses perkembangan manusia maka lingkungan yang memberi warna, corak tulisan terhadap batu tulis yang kosong. Lingkungan sangat  berperan dalam memberi corak terhadap perilaku manusia. Lingkungan termasuk lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan lainnya dimana seseorang dibesarkan. Andaikata anak dibesarkan di dalam lingkungan keluarga katakanlah lingkungan keluarga yang harmonis maka anak akan berperilaku sesuai dengan kondisi keluarganya dan demikian sebaliknya. Dalam proses pembelajaran guru perlu memahami bahwa lingkungan  peserta didik pada masa lalu dan kini memberi pengaruh yang berarti terhadap perilaku peserta didik. Guru dapat memanfaatkan makna ini ke dalam pengelolaan kelas, mengkondisikan proses pembelajaran yang tujuannya  membentuk perilaku sesuai dengan tujuan pembelajaran. 

pepenulis adalah dosen pada Fakultas psikologi UNIVERSITAS PERSADA INDONESIA YAI 


pe

p




Comments

Popular posts from this blog

OTORITA, KOORDINASI

OTORITA, EMNGAJAR DAN MENGUJI

OTORITA, UJIAN DAN BUKU