OTORITA, KOORDINASI DANN BUKU

 JAKARTA, 18 AGUSTUS 2022

A. OTORITA

     Koordinasi dengan satpam, teknisi dan petugas kebersihan dalam rangka menjaga lingkungan kampus       yang kondusif

B. KOORDINASI

     koordinasi dengan prodi pascasarjana dalam rangka penerimaan mahasiswa baru

C. BIMBINGAN

     Membimbing mahasiswa program sarjana dalam rangka penyelesaian skripsi

D. PENULISAN  BUKU

     Melanjutkan penulisan buku

     contoh 


Perbandingan tahapan perkembangan psikoseksual Freud dengan  perkembangan psikososial Erikson.

Periode kehidupan

 

Freud

Erikson

Tahun pertama kehidupan

Oral stage

 

Tahapan ini ditandai oleh aktifitas bayi yang menyusui dalam upaya memenuhi kebutuhan makanan dan kepuasannya. Bayi membutuhkan pengasuhan sebagai kebutuhan dasar atau memperoleh perasaan pemuasan kegigihannya sebagai bagian dari perkembangannya. Oral fixations sebagai hasil dari kehilangan kepuasan mengisap melalui mulut pada masa bayi. Masalah kepribadian selanjutnya dapat mencakup kehilangan kepercayaan pada orang lain pada orang lain, menolak orang lain ; dapat dalam bentruk cinta, dan takut atau merasa tidak memiliki kemampuan untuk menjalin hubungan dengan orang lain.

 

 

Infancy : Trust versus Mistrust (sejak lahir sampai 1 tahun). Tahapan ini adalah tahapan awal perkembangan yang ditandai oleh berkembangnya nilai kepercayaan pada bayi. Bayi yang dapat mengembangkan kepercayaan jika bayi memperoleh pengasuhan yang kodusif, kehangatan dari pengasuh dalam hal ini orang tua secara konsisten dan berkelanjutan. Sebaliknya bayi yang tidak memperoleh pengasuhan yang baik, tidak kondusif maka akan berkembang  dasar ketidakpercayaan  pada bayi terhadap orang lain dan juga terhadap lingkungan secara  umum.

 

 

Usia 1 – 3 tahun

 

Anal stage

 

Pada tahapan perkembangan ini menjadi awal yang sangat bermakna bagi peerkembangan kepribadian. Dasar dari tugas perkembangan termasuk berekembangnya kemandirian belajar, penerimaan terhadap kekuatan pribadi dan belajar mengekspresikan perasaan negatif  seperti kemarahan, agresi. Pola pengasuhan orang tua sangat mempengaruhi perkembangan kepribadian anak dimasa mendatang. Bentuk pendisiplinan yang diberlakukan oleh orang tua, pengembangan sikap dalam pola pengasuhan anak akan sangat mempengaruhi perilaku anak dikemudian hari.

 

Early childhood : Autonomy  versus Shame and Doubt  Tahapan ini adalah tahap ke dua perkembangan individu yang ditandai oleh perkembangan kemandirian. Kemandirian individu akan optimal,  berkembang sesuai dengan tugas perkembangannya jika mendapat dukungan, dorongan terhadap  usaha yang dilakukan anak  seperti anak mencoba memakai   kemeja, sepatu dan tugas-tugas sederhana yang dilakukan anak. Orang tua memberi kepercayaan dan mendukung usaha yang dilakukan anak, maka secara bertahap anak akan merasakan dirinya memiliki kemampuan. Dan sebaliknya jika orang tua tidak memberi perhatian, tidak memberi dorongan dan dukungan akan memberi dampak bagi perkembangan kemandirian anak.  Orang tua yang terlalu protektif, serba tidak membolehkan anak melakukan apa yang dikehendaki akan menghambat kemandirian anak. Anak akan merasa bingung, malu  dan  terkadang merasa risih terhadap penampilan tubuhnya.

 

 

 

 

 

Usia 3 – 6 tahun

 

Phallic stage

Dasar terjadinya konflik pada alam ketidaksadaran yang berkeinginan berzinah pada diri anak  terhadap orang tua yang berbeda jenis kelaminnya  dan menjadi semacam ancaman yang sifatnya alamiah yang kemudian ditekan. Pada tahapan male phallic  sebagaimana diketahui tentang oedipus complex, termasuk ibu mencintai anak laki-laki sebagai objek. Female phallic stage, sebagaimana diketahui sebagai Electra complex, termasuk keinginan gadis mencintai ayahnya dan disetujui. Kemudian bagaimana orang tua memberi respon baik secara verbal maupun nonverbal terhadap anaknya berkenaan dengan perkembangan seksualnya akan memberi dampak yang berarti terhadap sikap seksual dan  perkembangan perasaan anak.

Preschool age : Initiative versus Guilt

Tahapan ini adalah tahap ke tiga perkembangan individu yang ditandai oleh perkembangan kemampuan prakarsa sesuai dengan tugas perkembangan anak. Berkembangnya kemampuan anak berprakarsa, beriniatif yang didasarkan pada dorongan dari dalam diri pribadi anak, jika mendapat dorongan, semangat dari orang dewasa  terhadap usahanya dalam upaya mengeksplorasi diri dan mengambil bagian untuk menghadapi tantangan-tantangan baru dalam menjalani kehidupannya. Sebaiknya anak tidak akan mampu mengembangkan prakarsa jika orang tua atau orang dewasa lainnya selalu memberi kritik yang mematahkan semangat anak dan anak akan selalu merasa bersalah baik bagi apa yang dilakukan dan juga muncul ketidakpercayaan pada kemampuannya.

 

 

Usia 6 – 12 tahun

 

Latency stage

Pada tahapan ini, dimana terjadi proses peralihan dari tahapan adanya dorongan seksual yang dapat dikatakan sangat menekan, menyiksa maka terjadi fase yang relatif tanpa gerak. Minat dan dorngan seksual diarahkan dan diganti menjadi tumbuhnya minat untuk bersekolah, bermain bersama teman, berolahraga dan berupaya melakukan kegiatan-kegiatan baru. Pada tahapan ini anak mulai mengembangkan kemampuannya untuk bersosialisasi dengan lingkungan sekitar dan  bentuk – bentuk perilaku yang berkaitan dengan membagunrelasi anak dengan orang lain.

 

 

 

 

School age : Industry versus Inferiority

 Tahapan ini adalah tahap ke empat perkembangan individu yang ditandai oleh perkembangan kemampuan kompetensi diri anak. Anak merasa bahwa dirinya mampu melakukan sesuatu sesuai dengan kemampuannya, anak berhasil mengerjakan tugas yang dibebankan pada dirinya dan juga mampu mengerjakan tugas-tugas yang menantang jika anak diberi dukungan, semangat  dan koreksi yang konstruktif. Sebaliknya bagi anak yang diberlakukan seperti anak yang tidak memiliki kemampuan maka anak akan merasa rendah diri dan sulit menemukan kompetensi dirinya.

 

 

 

 

Usia 12 – 18 tahun

 

 

Genital stage

Tahapan ini dimulai dari masuknya anak kedalam usia pubertas dan berlaku saampai masuk dalam usia senja. Walapun demikan  telah terjadi kemampuan untuk memaknai masalah sosial , makna tabu dalam kehidupan bermasyarakat dan mampu mengembangkan dorongan seksual ke dalam bentuk kegiatan yang sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat seperti antara lain : bentuk persahabatan yang formal, mengembangkan bakat dalam bidang  seni dan olah raga dan mempersiapkan diri memasuki dunia kerja.

 

 

Adolescence : Identity versus Confusion

Tahapan ini adalah tahap ke lima perkembangan  individu yang ditandai oleh perkembangan identitas diri. Berkembangnya identitas diri dimasa remaja ini didasarkan pada upaya remaja  menguji kemampuannya dan berupaya meningkatkan kebebasan dan kemandiriannya. Identitas diri remaja akan berkembang secara optimal sesuai dengan tugas perkembangannya jika diciptakan kondisi yang kondusif dengan mempercayai remaja untuk mengeksplorasikan dirinya sesuai norma-norma yang menjadi keyakinan dirinya yang merupakan refleksi dari norma budaya dan masyarakat. Peran orang tua sangat penting dalam mengembangkan identitas diri remaja dan jika orang tua terlalu protektif, otoriter yang membatasi ruang gerak remaja, orang tua tidak menghiraukan anak akan berdampak pada kesuitan dan kebimbangan akan identitas dirinya. Anak tidak akan mampu memaknai diri pribadinya secara utuh sehingga anak tidak memiliki pedoman yang dijadikan acuan dalam menjalani kehidupannya sebagai remaja.

 

 

Usia 18 – 35 tahun

 

Genital stage continues

Tahapan ini ditandai oleh berkembangnya kematangan dalam memaknai kebebasan “ to love and to work”. Berkembangnya kemampuan dan kemandirian yang ditandai oleh kemampuan menentukan pilihan ( kebebasan), telah bebas dari pengaruh orang tua dan kemampuan untuk memperhatikan kepentingan orang lain.

 

Young adulthood : Intimacy versus Isolation ( usia dewasa muda).

Tahapan ini adalah tahap ke enam perkembangan individu yang ditandai oleh perkembangan kemampuan melakukan keakraban. Hal ini dapat  dilakukan jika  individu memiliki identitas diri sehingga mampu memberi dan menerima kasih sayang  berdasarkan kebebasan pribadinya. Individu diperhadapkan pada nilai kehidupan yang baru berbeda dari kehidupan sebelumnya terutama bagaimana menjalin persahabatan dengan orang lain yang sekaligus akan menentukan kepercayaan dan harga dirinya dalam lingkungan orang seusianya. Kalau individu gagal menghadapi tantangan baru ini, maka akan merasakan kehidupan yang terisolasi dengan orang lain. Nilai kehidupan tidak akan dapat dimaknai secara utuh dalam menjalani masa-masa kehidupan pada usia dewasa muda.

 

Usia 35 – 60 tahun

Genital stage continues

Middle age : Generativity versus Stagnation (usia dewasa pertengahan).

 Pada tahapan ini adalah tahap ke tujuh perkembangan individu yang ditandai oleh komitmen sebagai pribadi dewasa untuk membimbing kegerasi berikutnya kearah kehidupan yang bermakna. Komitmen tersebut ditandai oleh hasil penciptaan lingkungan sosial yang  kondusif, seperti mengupayakan lingkungan yang bersih, terbebas dari pengaruh obat-obat terlarang, memegang teguh nilai-nilai yang bermartabat sebagai masyarakat yang beradab. Inilah tugas dan tanggung jawab yang harus diemban oleh manusia dewasa dan sebaliknya pribadi yang tidak mengalami  transformasi  nilai peradaban adalah pribadi yang tidak memberi kontribusi apa-apa bagi generasi muda selanjutnya

 

 

Usia lebih dari 60 tahun

 

Genital stage continues

 

Later life : Integrity versus Despair (usia lanjut).

Pada tahapan ini adalah tahap perkembangan ke delapan yang ditandai oleh kepercayaan dan kepercayaan orang dewasa  untuk menerima hakekat kehidupan dan menerima secara tulus dalam menghadapi akhir kehidupan dengan sedikit perasaan menyesal. Kemampuan menerima fakta kehidupan yang ternyata secara faktual mestinya telah mempersiapkan diri untuk mengadapi akhir dari proses perjalanan kehidupan. Sebaliknya pribadi yang tidak memiliki integritas akan merasa penyesalan yang sangat mendalam dan penuh keputusasaan.

 

 

 


penulis adalah dosen pada Fakultas Psikologi UNIVERSITAS PERSADA INDONESIA YAI

Comments

Popular posts from this blog

OTORITA, KOORDINASI

OTORITA, EMNGAJAR DAN MENGUJI

OTORITA, UJIAN DAN BUKU