ESENSI KOMPLEKSITAS PROSES KOGNITIF
JAKARTA, 25 MEI 2022
RANGKUMAN
Konsep
Peserta didik yang telah menginjak pada tahapan perkembangan
berpikir kongkrit menuju tahapan berpikir formal memiliki kemampuan berpikir abstrak.
Pengetahuan yang dibangunnya tidak saja beranjak dari objek kongkrit tetapi telah
mampu mempresentasikan objek kongkrit ke dalam bentuk abstrak di dalam struktur kognitifnya. Mulai
berkembang kemampuannya untuk
memahami simbol yang merepresentasikan
objek, peristiwa, lokasi sesuai dengan kontennya. Dalam proses pembelajaran ternyata
mempersyaratkan telah berkembangnya kemampuan peserta didik untuk memahami
konsep. Pemahaman konsep menjadi aspek kunci bagi peserta didik dalam mengikuti
proses pembelajaran. Terdapat tiga teori tentang belajar konsep yaitu (1) charateristics (2) prototypes dan (3) examplars.
Beberapa konsep seperti square,
triangle atau perimeter menunjuk pada
definisi dari characteristics (terkadang
disebut atribut atau ciri). Contoh lainnya “pesawat udara” “ditutup” “ sisi
yang sama” “ sudut siku-siku yang sama”
menunjuk pada karakteristik dari konsep tentang square. Peserta
didik dapat melakukan identifikasi dari
konsep tentang square yang didasarkan pada peran dari square yang pasti
memiliki atributnya. Karakteristik lainnya seperti ukuran, warna, orientasi – tidaklah esensial,
dan peserta didik tidak memerlukan pertimbangan untuk melakukan
klasifikasi.Teori kedua adalah prototypes.
Prototype, the best representative
of concept, category or class. Contoh Presiden Soeharto identik dengan
partai Golkar. Demikian juga kalau kita
menyebut mobil Hiba Utama pastilah identik dengan mobil parawisata. Prototype
menunjuk pada benda, orang atau objek yang telah tertanam di dalam memori yang
sesuai dengan peran dan fungsi masing-masing, dan dengan sangat mudah mengingat
dan mengungkapkannya. Prototype tidak hanya dapat dicontohkan dan diambil dari
objek atau orang , tetapi dapat juga dibangun melalui bentuk pengalaman
seseorang dan dikonstruksi di dalam struktur mental.
Ketiga adalah exemplars. Exemplars, the most highly typical examples of a
concept. Contohnya dalam upaya membangun prototype dimana individu telah
memiliki pengalaman, misalnya memiliki pengalaman dengan seekor anjing cerdik
dan mampu menemukan arang berharga dan itu menjadi bagian yang akan membentuk konsep
di dalam struktur memori individu. Disamping itu exemplar menunjuk pada ingtan yang aktual di dalam
memori terutama berkaitan dengan ciri-ciri khusus, misalnya ciri-ciri burung,
ciri-ciri furniture dan lain sebagainya dan biasanya ada kecenderungan untuk
membandingkan dengan apa yang kita
amati, yang dilihat. Misalnya kita memperhatikan tempat duduk di taman dan
secara lengsung kita membandingkan dengan sofa yang ada di dalam rumah kita.
Prototype biasanya dibangun berdasarkan pengalaman-pengalaman khusus yang
disebut dengan exemplars. Dalam upaya mengajarkan konsep, terdapat lima strategi yaitu (1) learning about the
feature of concepts (2) defining concepts and providing examples (3)
hierarchical categorization and concept maps (4) hypothesis testing dan (5)
prototype matching.
Berpikir
Berpikir
termasuk upaya mengelaborasi, menggagas dan mengubah informasi di dalam
memori. Berpikir dapat diibaratkan menggerakkan energi psikis, neurons sel di
dalam otak berkenaan dengan mengelola,
mengelaborasi informasi sehingga
terbangun pemahaman di dalam struktur kognitif. Bagi peserta didik yang sedang
mengikuti proses pembelajaran berpikir adalah kewajiban dalam upaya memahami
dan membangun struktur pengetahuan yang didasarkan pada materi pembelajaran
yang sedang dipelajarinya. Berpikir tentang
pemecahan masalah dalam
perhitungan matematika, fisika, bahasa, biologi, agama dan mata pelajaran
lainnya. Berpikir memiliki dua pendekatan yaitu dengan menggunakan pendekatan
deduktif dan induktif. Kajian mengenai berpikir kritis telah menjadi
perhatian, baik kalangan pendidik maupun psikolog dalam bidang pendidikan. Berpikir kritis sekalipun bukan
merupakan kajian baru, namun dalam pelaksanaan proses pembelajaran perlu
mendapat perhatian dan diimplimentasikan dalam upaya mengembangkan kemampuan
peserta didik. Banyak cara yang dapat dilakukan oleh guru dalam
upaya mengembangkan kemampuan berpikir kritis berargumentasi secara kritis, tajam
dan kontektual. Pelatihan berpikir kritis seyogianya dirancang oleh guru dalam
muatan materi pembelajaran, bagaimana
peserta didik melakukan pengayaan, melakukan analisis dan membuat kesimpulan
terhadap materi pembelajaran yang sedang dipelajarinya. Berpikir kritis
termasuk ungkapan berpikir reflektif, berpikir produktif dan mampu mengevaluasi
fakta yang diperolehnya. Berpikir kritis adalah kemampuan seseorang dan
kecenderungan membuat serta mengambil kesimpulan yang didasarkan pada fakta.
Data menjadi ukuran dalam membuat analisis dan mengambil kesimpulan sehingga
argumentasi yang diajukan tidak dapat diragukan kebenarannya. Berpikir kritis
ditentukan oleh empat faktor yaitu domain-specific knowledge, component skills,
motivation dan metacognition.
Pengambilan
Keputusan
Pengambilan keputusan
menjadi salah satu aspek penting dalam
menjalani proses kehidupan
demikian juga halnya dengan peserta didik. Peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran
senantiasa diperhadapkan dengan upaya
pengambilan keputusan. Misalnya harus pergi ke sekolah setiap pagi,
mengerjakan tugas, belajar, mengikuti disiplin dan peraturan sekolah, mencapai
prestasi belajar yang optimal dan lain sebagainya. Pengambilan keputusan adalah sebuah
penalaran yang dilakukan individu dalam upaya melakukan evaluasi
terhadap beberapa alternatif dan kemudian menentukan pilihan dari alternatif
tersebut. Pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan deduktif dan juga dengan
menggunakan pendekatan induktif. Pendekatan deduktif adalah
pengambilan keputusan didasarkan pada teori, konsep, hukum yang telah
teruji kebenarannya sehingga keputusan
yang diambil lebih mudah dilakukan. Pengambilan keputusan ini boleh dikatakan
bersifat meniru dan sedikit menyesuiakan dengan masalah, kondisi dan tujuan
yang akan dicapai. Sebaliknya pendekatan induktif adalah pengambilan keputusan
yang didasarkan pada upaya mendapatkan berbagai informasi atau fakta yang telah
dilakukan dan berdasarkan bukti tersebut dilakukan pertimbangan dan kemudian
barulah dibuat keputusan. Bagi perserta didik perlu memiliki kemampuan dalam
membuat keputusan agar mampu mengoptimalkan strategi belajar yang akan
dilakukan dan dampaknya adalah peserta didik akan mampu mengoptimalkan potensi
dan kemampuannya dalam mencapai prestasi belajar yang optimal. Strategi
pengambilan keputusan akan menjadi bermakna jika senantiasa disesuaikan dengan
jenis, tingkat dan variasi masalah yang dihadapi. Terdapat beberapa jenis yang berkaitan dengan
pengambilan keputusan seperti yang dikemukakan oleh Santrock (2009) yaitu
confirmation bias, belief perseverance, overconfidence bias, hindsight bias,
availability and representativeness heuristics.
Berpikir
Kreatif
Banyak faktor yang mengharuskan setiap
individu termasuk peserta didik untuk berpkir kreatif diantaranya pengembangan
potensi sebagai aktualisasi diri, dampak globalisasi, dinamika dan perkembangan budaya secagai dampak
akulturasi. Kreativitas secara operasional
dirumuskan sebagai “kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibilitas),
dan orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan mengelaborasi (mengembangkan,
memperkaya, memperinci) suatu gagasan”. Kemampuan memberikan penilaian terhadap
suatu objek atau situasi juga mencerminkan kreativitas, jika dalam penilaiannya
seseorang mampu melihat objek, situasi, atau masalahnya dari sudut pandang yang
berbeda. Misalnya seseorang diberi gambar atau uraian mengenai suatu objek atau
keadaan dan ia diminta mengatakan apa
saja yang kurang atau tidak cocok pada gambar atau uraian tersebut.
Seseorang dapat juga diminta untuk
memberi gagasan-gagasan, dengan cara apa saja, ia dapat memperbaiki atau
meningkatkan suatu benda atau produk, misalnya suatu alat permainan. kreativitas
itu merupakan wujud tertinggi dari
keberbakatan. Kreativitas merupakan bentuk yang sangat khusus dan hanya
dimiliki oleh individu yang berbakat.
Phenomena ini telah menjadi perhatian kalangan pendidik, psikolog, peneliti,
filsuf, musisi yang berupaya mengunggap apa sebetulnya yang terdapat dibalik phenomena tersebut.
Kreativitas secara empiris merupakan integrasi antara fungsi dasar dari thinking,
feeling, sensing, and intuiting. Berpikir kreatif memiliki lima tahapan yaitu Preperation adalah tahapan persiapan
dalam upaya mengumpulkan berbagai informasi, data yang diperlukan dalam upaya
memecahkan masalah. ada semacam keingintahuan yang kuat untuk mencari berbagai
pengetahuan, informasi dan fakta. Incubation
adalah tahapan dimana individu seakan-akan melepaskan diri untuk sementara dari
masalah yang menjadi perhatian yang dilakukan pada tahapan pertama. Individu
tidak lagi memikirkan masalahnya secara sadar, namun dieramnya di dalam alam
bawah pra-sadar. Insight atau tahap
illuminasi adalah munculnya “insight” atau “Aha-Erlebnis” saat timbulnya
inspirasi atau gagasan baru, beserta proses psikologis yang mengawali dan
mengikuti munculnya inspirasi/gagasan baru. Evaluation
atau tahap verifikasi adalah tahap dimana ide atau keasi baru tersebut
harus diuji terhadap realitas. Disini diperlukan pemikiran kritis atau konvergen.
Dengan perkataan lain, proses divergen (pemikiran kreatif) harus diikuti oleh
pemikiran selektif/ sengaja. Akseptasi total harus diikuti oleh pemikiran yang
logis. Keberanian harus diikuti oleh sikap hati-hati. Imajinasi harus diikuti
oleh pengujian terhadap realitas (reality testing). Proses pertama yang
langsung bersumber dari kedalaman diri pribadi atau alam pra-sadar yang disebut
“primary processes”. Sedangkan proses kedua yang berasal dari alam pemikiran sadar disebut “secondary
processes”. Kreativitas yang lebih banyak menggunakan primary dari pada
secondary processes disebut “ primary creativity”. Kreativitas yang lebih
banyak berdasarkan proses pemikiran sekunder disebut “secondary creativity”.
Sedangkan kreativitas yang menggunakan
keduanya secara seimbang disebut
“integrated creativity”, dari “ integrated creativity inilah karya agung dalam
seni, ilmu atau falsafah akan timbul. Elaboration
adalah tahapan final dan ternyata memerlukan waktu yang sanagat panjang
termasuk di dalamnya sangat diperlukan kerja keras. Dalam abad ke 20 ilmuwan
terkenal Amerika bernama Thomas Edison telah melakukannya dan dia berkata
kreativitas itu adalah hasil dari inpirasi hanya 1 persen dan 99 persen
ditentukan oleh keringat yang bersumber dari kerja keras.
Pemecahan
Masalah
Proses pembelajaran
dalam upaya memecahkan masalah bagi peserta didik menjadi hal yang sangat
penting untuk dipelajari dan terutama melatih kemampuan dan ketrampilan
mentransfer pengetahuan dan juga pengalaman yang telah dilalui peserta didik.
Pemecahan masalah sebetulnya berpijak pada kemampuan proses berpikir kritis,
berpikir kreatif dan juga kemampuan peserta didik mentransfer pengetahuan yang
diperoleh sebelumnya. Peserta didik yang duduk dibangku sekolah dasar dan juga anak-anak yang masih
duduk dibangku Taman Kanak-kanak telah mulai beranjak menggunakan kemampuan
berpikir kritisnya sekalipun masih
sangat sederhana. Anak mulai mampu berpikir abstrak, memahami simbol,
mengajukan pertanyaan yang memerlukan penjelasan yang cukup lengkap. Menginjak
anak masuk sekolah dasar pertanyaannya semakin kritis dan pada tahapan ini anak telah dapat diajak untuk masuk
ketahap berpikir yang abstrak. Peserta
didik telah berkembang kemampuan berpikir yang mengarah pada upaya pemecahan
masalah. Peserta didik yang duduk dibangku kelas 1 (satu) sebetulnya telah mampu memecahkan masalah
sekalipun sangat sederhana. Proses pembelajaran sebetulnya memiliki tugas
mengembangkan kemampuan peserta didik dalam upaya pemecahkan masalah. Konsep
dan praktek pembelajaran yang berlangsung di sekolah telah mulai
malaksanakannya yang dilakukan melalui pemberian materi pembelajaran dan paling
menonjol tampaknya dalam bidang mata pelajaran matematika.
Terdapat empat tahapan pemecahan masalah
yaitu Find and Frame Problems.
Pemecahan masalah mesti diawali dengan adanya masalah dan bahwa masalah itu
benar- benar ada. Mengembangkan kemampaun dan ketrampilan peserta didik dalam
upaya memecahkan masalah adalah dengan
cara mendefinisikan masalahnya dengan tepat, ramulah masalahnya secara
spesifik, buatlah prosedur yang jelas dan teratur agar pemecahan masalahnya
juga dapat dilakukan dengan baik. Develop
Good Problem-Solving Strategies. Ketika peserta didik telah menemukan
masalah dan membuat definisi masalah dengan jelas dan tepat, peserta didik
sangat membutuhkan pengembangan strategi dalam upaya memecahkan masalah. Evaluate Solution. Dalam benak peserta
didik, mereka harus dapat memecahkan masalah sesuai dengan proyek ilmiah yang
akan dibuatnya, namun peserta didik tidak mengetahui apakah dengan solusi yang
akan dibuatnya telah efektif dan dapat
dikatakan efektif, kecuali dilakukan
evaluasi. Dalam upaya mengetahui
efektivitas pemecahan masalah yang dilakukan oleh peserta didik, dapat
dilakukan melalui beberapa kriteria antara lain : apakah proyek yang dibuat dapat diselesaikan ,
memperoleh masukan positif dari berbagai pihak, apakah memenangkan hadiah
melalui kompetisi, memberi kepuasan sendiri karena tujuan telah tercapai dan
juga apakah memberi motivasi untuk melakukan proyek lain berikutnya. Rethink and Redefine Problems and Solutions
Over Time. Tahapan terakhir yang sangat penting dilakukan dalam pemecahan
masalah adalah senantiasa berupaya memikirkan dan mendefinisikan kembali
masalah – masalah dan solusi yang telah dilakukan pada waktu yang lalu. Peserta didik yang dikatakan memiliki
kemampuan yang terpuji dalam memecahkan masalah akan termotivasi untuk
meningkatkan kinerjanya dan memiliki kontribusi
yang berarti dan sifatnya murni.
Peserta didik yang telah mampu menyelesaikan proyeknya akan berupaya mengkaji
kembali hasil kerja yang telah dibuatnya dan kemudian memikirkan strategi terbaik yang dapat dijadikan acuan
untuk meningkatkan kualitas hasil kerja proyeknya. Peserta didik dapat
menggunakan masukan dari penilai atau orang-orang yang berkompeten dalam bidang
tersebut sehingga hasil kerja peserta didik teruji kebermaknaannya.
Transfer
Salah satu kajian terpenting dalam
kompleksitas proses kognitif adalah bagaimana peserta didik memiliki kemampuan
menerapkan pengetahuan yang telah dipelajari
ke dalam situasi baru dan berbeda. Salah satu tujuan pembelajaran
sebetulnya mengacu pada upaya bagaimana peserta didik mampu menerapkan
pengetahuannya diluar kelas dalam situasi yang berbeda dan kompleks dan
kemudian mampu menyesuaikan diri dan memecahkan masalah. Pelaksanaan
pembelajaran sebetulnya bukan hanya sekedar peserta didik mendapat nilai yang
bagus dan lulus dalam mengikuti ujian, namun yang lebih penting adalah
bagaimana pengetahuan dan kompetensi yang dikembangkan di sekolah dapat
digunakan dalam kehidupan nyata di
tengah-tengah masyarakat dan mampu mendapatkan menjadi pribadi yang mandiri. Transfer terjadi ketika seseorang
mampu menerapkan pengetahuan dan
pengalaman yang diperoleh dalam upaya memecahkan masalah di dalam situasi yang
baru dan berbeda. Jika peserta didik
belajar tentang konsep matematika dan kemudian pengetahuan tersebut
dipergunakan untuk memecahkan masalah pengetahuan, maka berlakulah prinsip
transfer. Ketika cara pemecahan masalah yang telah dilakukan dan pengetahuan tersebut dapat diterapkan dalam
upaya memecahkan masalah yang baru maka berlakulan transfer. Jika peserta didik
telah belajar mengenai prinsip-prinsip dasar matematika dan kemudian
dipergunakan untuk memecahkan masalah
fisika, maka transfer telah terjadi. Para ahli menyarankan jika guru menghendaki agar peserta didik mampu
melakukan transfer maka ajarkanlah peserta didik untuk memiliki konsep dan
kemudian melaksanakannya. Dapat juga dilakukan
oleh guru dengan mempersiapkan peserta didik dengan masalah yang berkaitan dengan kehidupan nyata
yang mungkin memerlukan perjuangan dalam
memecahkan masalahnya. Strategi lain juga
dapat dilakukan dalam upaya meningkatkan kemampuan peserta didik dalam
melakukan transfer yaitu memberikan berbagai macam konsep, memberikan contoh
berupa model yang dapat dicermati, ajarkan peserta didik struktur yang dapat
dijadikan acuan dalam upaya memecahkan masalah,
kembangkan kemampaun peserta didik untuk memaahami dan menelaah berbagai
macam informasi. Strategi lainnya adalah memberikan contoh kasus yang saling
bertentangan dan kemudian berikan kesempatan pada peserta didik untuk
memecahkannya. Pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh peserta didik dalam
memecahkan masalah akan menjadi dasar baginya untuk meningkatkan kemampuan
melakukan transfer.
Penulis adalah dosen pada fakultas Psikologi UNIVERSITAS PERSADA INDONESIA Y.A.I
Comments
Post a Comment